+62 22 4231280 +62811 2001 005
RS Mata Cicendo Bandung meraih “Terbaik II Faskes Berkomitmen Kategori FKRTL Khusus” pada acara Pertemuan Peningkatan Komitmen dan Mutu Layanan Fasilitas Kesehatan Tahun 2025 di Bandung. Penghargaan diserahkan oleh Kepala Kantor Cabang Bandung BPJS Kesehatan kepada Direktur Utama RS Mata Cicendo. Penghargaan diberikan kepada sejumlah fasilitas kesehatan (faskes) terbaik, yang dinilai berkomitmen meningkatkan mutu layanan bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). yang merupakan bentuk apresiasi atas dedikasi faskes. Dalam memperkuat sinergi pelaksanaan Program JKN.
Penilaian berdasarkan pada sejumlah indikator, seperti kepatuhan terhadap perjanjian kerja sama (PKS), efektivitas pelayanan melalui Supervisi, Buktikan, dan Lihat Langsung (SiBLing), penggunaan antrean online di aplikasi Mobile JKN, implementasi digitalisasi SMART Klaim. Hingga respons terhadap umpan balik peserta melalui fitur KESSAN. Sebagai Pusat Mata Nasional, Rumah Sakit Mata Cicendo terus berupaya dan berkomitmen dalam meningkatkan mutu layanan bagi para pasien termasuk peserta BPJS Kesehatan.
Dr. dr. Antonia Kartika, SpM(K), M.Kes - Direktur Utama RS Mata Cicendo menjadi keynote speaker pada acara Create Your Own Path to Success Inspirational Talk - World Sight Day 2025 yang diselenggarakan oleh Syamsi Dhuha Foundation pada 11 Oktober 2025 yang menyampaikan bahwa gangguan penglihatan dan kebutaan masih merupakan masalah kesehatan global termasuk di Indonesia. Gangguan penglihatan dapat berdampak terhadap beberapa aspek dalam kehidupan seperti aktivitas sehari-hari, interaksi dg komunitas, kemampuan mengakses layanan publik dan kesempatan kerja. Beliau bagikan kiat-kiat untuk miliki strategi dg berinovasi dan berkreasi agar tetap dapat produktif :
- Merubah mindset, tdk membandingkan diri sendiri dg orang lain, tidak berfokus pada apa yg tak bisa dilakukan, pahami bahwa ketidakmampuan adalah bagian dari keragaman bukan suatu keterbatasan
- Berusaha kenali keunikan dan kelebihan diri sendiri
- Cari komunitas yg suportif, yg dapat saling berbagi pengalaman dan inspirasi
- Mulai lakukan aksi.
Itulah sekilas yang disampaikan pada acara tersebut, berbagi motivasi & pengalaman bersama para sahabat Difabel Netra yang tak terbatas walau dengan keterbatasan.
World Sight Day atau Hari Penglihatan Sedunia yang diperingati setiap hari Kamis minggu kedua di bulan Oktober setiap tahunnya. Tahun 2025 ini peringatannya jatuh pada tanggal 9 Oktober 2025. Hari Penglihatan Sedunia 2025 diperingati saat ini melalui Aksi Kolaboratif untuk Implementasi Peta Jalan Kesehatan Mata 2025–2030. Acara penting ini menunjukkan kemitraan yang luar biasa antara Kementerian Kesehatan, Rumah Sakit Mata Cicendo, WHO Indonesia, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya yang berkomitmen untuk memajukan kesehatan mata di seluruh Indonesia. Salah satu momen penting adalah penandatanganan Deklarasi Komitmen Bersama, yang menegaskan kembali komitmen bersama untuk meningkatkan akses layanan refraksi dan memastikan penyediaan alat bantu penglihatan yang terjangkau dan mudah diakses di seluruh negeri.
Untuk memperkuat pesan kesehatan mata bagi semua, peringatan dilanjutkan dengan kampanye Hari Penglihatan Sedunia yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit Mata Cicendo dengan melakukan kampanye kesehatan mata. Rangkaian acara Peringatan Hari Penglihatan Sedunia yang dilaksanakan RS Mata Cicendo tahun ini diantaranya berbagai workshop, skrining refraksi dan pemberian kacamata, aksi kolaborasi implementasi peta jalan upaya kesehatan penglihatan (Inisiatif WHO SPECS 2030), Campaign World Sight Day, Skrining Pemeriksaan Baksos Katarak, dan Launching Buku Cerita Anak Cicendo-Gramedia, juga kegiatan terkait lainnya.
Launching Layanan Amblyopia Center
Terapi Amblyopia (mata malas) dengan Virtual Reality (VR)
Bandung – Rabu, 23 Juli 2025. Amblyopia Center yang merupakan layanan kesehatan mata yang khusus menangani gangguan penglihatan mata malas pada anak, hadir di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo bertepatan pada peringatan Hari Anak Nasional 2025. Launching layanan ini diresmikan oleh Dewan Pengawas, Fahma Sari Fatma. Peresmian dilaksanakan di Aula Gedung B lantai 4 dan pengguntingan pita di Aesthetic Eye Care & Dry Eye Clinic Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, yang mengundang pula Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung dan perwakilan Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan menjadikan terapi mata malas bisa dengan metode selain tutup mata yaitu permainan, dimana merangsang mata yang malas tersebut untuk menjadi lebih aktif dengan bermain game menggunakan virtual reality (VR). Permainan tersebut dirancang sendiri oleh RS Mata Cicendo dan alat tersebut diberi nama AmblyoVR dan menjadi yang Pertama di Indonesia. Permainan yang dirancang oleh RS Mata Cicendo, yaitu membuat suatu objek yang hanya dapat dilihat oleh mata yang malas saja dan anak tersebut harus mengenai objek tersebut, kemudian akan dilihat perkembangan penglihatan dari mata malas tersebut. Latihan bermain game ini lebih efektif dilakukan 8 kali namun RS Mata Cicendo membuat paket menjadi 4-4 dan setiap 4 kali latihan, dokter akan memeriksa dan melihat perkembangannya. Terapi ini hanya dapat digunakan bagi anak yang memiliki keluhan satu mata malas saja. Sedangkan jika anak memiliki amblyopia di kedua matanya maka terapi menggunakan metode lain. Amblyopia atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai mata malas adalah kondisi dimana salah satu mata tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini terjadi sejak anak- anak dan disebabkan oleh berbagai hal seperti mata juling, ukuran kacamata yang besar dan tidak terkoreksi dengan baik, ukuran lensa kacamata yang besar dan gangguan yang menutupi aksis visual. Tujuan dari terapi amblyopia ini adalah melatih mata yang lemah agar kembali aktif dan
digunakan oleh otak. Prinsip dari terapi itu sendiri berfokus pada 3 (tiga) hal yakni:
Anak-anak yang memiliki kelainan mata malas harus segera ditangani sejak dini, jika tidak, dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Untuk itu, sangat penting memeriksakan mata anak secara rutin. Dengan hadirnya Amblyopia Center di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Jl Cicendo No. 4 Bandung, diharapkan penderita amblyopia khususnya anak-anak dapat memperoleh penanganan yang tepat dan efektif, sehingga kualitas hidup mereka dapat meningkat.
(Dipublikasikan oleh: Tim Kerja Hukum & Humas PMN RS Mata Cicendo)
10%-15% dari anak-anak Sekolah Dasar memiliki penglihatan buruk, salah satu penyebabnya adalah mata minus yang tidak terkoreksi.
Apa itu mata minus?
Mata minus yang dalam istilah kedokteran disebut Myopia atau rabun jauh adalah kondisi dimana objek yang letaknya jauh terlihat buram, namun objek yang letaknya dekat dapat terlihat jelas.
Penyebabnya adalah ketika cahaya masuk ke dalam mata titik fokusnya jatuh di depan retina (Fovea). Supaya cahaya dapat jatuh tepat di titik Fovea, dapat diberikan lensa minus pada kacamata. Lensa minus membuat sinar sejajar dibiaskan lebih jauh, sehingga titik fokus bisa jatuh tepat di Fovea.
Ilustrasi mata minus dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Sumber : Feti, Sesy dkk. Pediatrik Oftalmologi dalam Praktik Sehari-hari
Apa Penyebab Mata Minus?
Myopia terjadi karena adanya pemanjangan bola mata atau pertumbuhan bola mata lebih cepat dari yang seharusnya. Faktor yang berpengaruh terhadap kondisi ini adalah genetik (diturunkan dari orang tua) dan juga faktor lingkungan.
Bila salah satu orang tua memiliki mata minus maka anak berpotensi tiga kali lipat menjadi mata minus, tetapi bila kedua orang tua memiliki mata minus maka anak berpotensi enam kali lipat menjadi mata minus.
Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan mata minus atau mempercepat penambahan mata minus adalah kebiasaan seseorang terlalu lama bekerja dengan penglihatan dekat. Penglihatan jarak dekat yang dimaksud diantaranya adalah membaca, menggambar, berada di depan layar komputer, laptop, tablet atau telepon genggam.
Mata anak masih tumbuh dan berkembang, sehingga jika mata minus terjadi pada anak yang lebih kecil dari 7 tahun, maka pertumbuhan myopia akan lebih cepat karena pada masa ini mata sedang berkembang pesat.
Apa gejala seorang anak yang memiliki mata minus?
Gejala utama mata minus adalah penglihatan jauh buram, namun pada anak yang lebih kecil biasanya belum mengerti buram, sehingga anak tidak mengeluh. Tanda lainnya yang orang tua harus tahu adalah sering memicingkan mata, memiringkan kepala, serta selalu mendekat ke objek yang ingin dilihat. Anak dengan mata minus biasanya akan sering menonton televisi dalam jarak dekat dan sering maju ke depan kelas untuk melihat papan tulis. Lebih jauh lagi, prestasi mereka akan turun karena sulit mengikuti pelajaran sekolah.
Bagaimana mencegah atau memperlambat berkembangnya mata minus?
Bagaimana jika anak sudah menderita Mata Minus?
(oleh Dr. Feti Karfiati, dr., SpM(K), MKes & Sesy Caesarya, dr., SpM(K) - Dokter Mata Sub Spesialis Pediatrik Oftalmologi, PMN RS Mata Cicendo)
Mata merupakan organ yang kompleks dan salah satu organ terpenting dari tubuh manusia. Mata mempunyai sistem persarafan yang kompleks terdiri dari saraf optik yaitu saraf mata untuk melihat, saraf untuk menggerakan bola mata, saraf untuk merasakan nyeri dan saraf mata lainnya. Tulisan ini akan membahas lebih dalam mengenai saraf optik khususnya stroke saraf optik.
Saraf Optik = Kabel Mata
Mata bila dibaratkan sebuah bola lampu maka saraf optik adalah kabel dari bola lampu tersebut. Analogi tersebut membuat kita bisa memahami bahwa fungsi saraf optik sangat penting. Saraf optik berfungsi untuk menghantarkan sinyal saraf dari mata menuju ke otak agar sinyal tersebut dapat diproses dengan baik di otak dan hasil akhirnya adalah kemampuan melihat yang maksimal. Bila kabel dari bola lampu terganggu maka lampu akan menyala redup atau mungkin tidak menyala sama sekali. Analogi tersebut berlaku untuk saraf optik, bila terjadi gangguan pada saraf optik maka penglihatan akan menurun. Penyebab gangguan saraf optik yang berakibat menurunnya fungsi saraf tersebut dan membuat penglihatan menurun adalah peradangan, gangguan aliran darah, penekanan oleh tumor, keracunan karena alkohol atau obat-obatan tertentu dan kecelakaan yang mengakibatkan cedera kepala.
Apakah Stroke Saraf Optik?
Stroke saraf optik adalah gangguan atau penyakit saraf optik yang disebabkan gangguan aliran darah menuju saraf optik. Fungsi saraf optik berjalan baik apabila saraf optik mendapat aliran darah melalui pembuluh darah (selang darah). Aliran darah tersebut membawa oksigen dan nutrisi untuk saraf optik agar berfungsi dengan baik. Gangguan aliran darah menuju saraf optik disebabkan sumbatan atau melambatnya aliran darah pada pembuluh darah (selang darah) tersebut. Gangguan tersebut dapat diakibatkan oleh penyakit jantung, penyakit kencing manis, penyakit darah tinggi, penyakit akibat kadar kolesterol tinggi, kekentalan darah yang meningkat dan kebiasaan merokok.
Gejala Klinis
Stroke saraf optik biasanya mengenai pasien berusia diatas 50 tahun. Pasien yang mengalami stroke saraf optik mengeluh penglihatan tiba-tiba buram atau gelap biasanya menyerang hanya 1 mata tetapi tidak menutup kemungkinan menyerang ke 2 mata secara bersamaan. Penglihatan buram mendadak seringnya terjadi pagi hari walaupun pada sebagian kasus keluhan tersebut dapat terjadi kapan saja dan pada beberapa kasus pasien tidak menyadari bahwa penglihatannya mulai terganggu. Keluhan lain pada pasien yang mengalami stroke saraf optik adalah gangguan lapangan pandang artinya pasien mengeluh mendadak pandangan hilang sebagian biasanya pada 1 mata atau dapat pada kedua mata sekaligus. Keluhan tersebut tidak disertai gangguan mata lainnya seperti mata merah, mata berair atau mata mengeluarkan banyak kotoran mata. Hal ini menyebabkan sebagian pasien berfikir penglihatan buramnya hanya berlangsung sesaat sehingga pasien tidak datang ke dokter mata untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan menunggu keluhannya sembuh sendiri.
Tanda Klinis Pada Pemeriksaan Mata
Pada pemeriksaan ketajaman penglihatan, pasien dengan stroke saraf optik mengalami penurunan tajam penglihatan. Pemeriksaan dengan alat biomikroskop untuk melihat bagian depan mata menunjukkan keadaan normal kecuali terdapat penurunan refleks cahaya pada pupil / anak-anakan mata bila disinari cahaya. Pemeriksaan tekanan bola mata juga dalam batas normal. Pada pemeriksaan saaf optik dengan alat khusus funduskopi terlihat pembengkakan saraf optik bila gangguan saraf optik mengenai bagian depan saraf optik. Pada sebagian kasus stroke saraf optik, saraf optik terlihat normal bila yang mengalami gangguan adalah saraf optik bagian belakang. Pasien dengan kecurigaan stroke saraf optik perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik untuk memastikan diagnosis stroke saraf optik. Pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan luas lapangan pandang, pemeriksaan warna dan pemeriksaan sensitivitas kontras. Luas lapangan pandang diperiksa dengan alat khusus bernama perimetri. Pada pemeriksaan luas lapangan pandang terlihat adanya gangguan berupa hilangnya sebagian lapangan pandang dari 1 mata atu kedua mata. Warna diperiksa dengan menggunakan buku tes warna bernama ishihara. Pada stroke saraf mata terdapat gangguan warna sehingga pasien tidak dapat membaca angka yang ada di buku ishihara tersebut secara lengkap. Kontras dinilai dengan tes sensitivitas kontras. Pada stroke saraf optik terdapat gangguan sensitivitas kontras sehingga pasien tidak dapat membaca tulisan dengan kontras rendah antara tulisan dan latar belakang dimana orang dengan saraf optik yang normal masih dapat membacanya. Lembar pemeriksaan sensitivitas kontras: terlihat semakin ke bawah kontras semakin menurun.Pada kecurigaan stroke saraf optik sebaiknya dilakukan scan kepala dalam bentuk Magnetic Resonance Imaging (MRI) otak untuk memastikan bahwa penyebab gangguan saraf optik bukan karena gangguan dikepala seperti penekanan oleh tumor.
Pengobatan
Setelah hasil-hasil pemeriksaan oleh dokter mata menunjukkan diagnosis stroke saraf optik maka faktor penyebabnya harus dicari. Pasien di sarankan untuk menjalani pemeriksaan menyeluruh seperti labotarium darah untuk melihat apakah terdapat penyakit kencing manis, kolesterol tinggi, kekentalan darah yang meningkat atau penyakit lainnya yang menyebabkan gangguan aliran darah ke saraf optik. Pemeriksaan jantung dengan dokter ahli jantung juga perlu dilakukan untuk melihat apakah terdapat faktor risiko tersebut sebagai penyebab stroke saraf optik. Pasien sebaiknya juga dirujuk ke dokter ilmu penyakit dalam (internist) untuk mencari penyebab stroke saraf optik dan untuk mengobati penyakit yang menyebabkan stroke saraf optik tersebut. Pasien dengan pembengkakan saraf optik diberikan obat yang dapat menurunkan pembengkakan saraf optik oleh dokter mata. Dokter mata juga memberikan obat pelindung saraf dan obat pengencer darah.
Perlu diketahui bahwa saraf optik mempunyai daya sembuh (regenerasi) yang terbatas sehingga pada stroke saraf optik dengan penanganan yang baik perbaikan penglihatan dapat terjadi, tetapi penglihatan pada sebagian besar pasien waluapun membaik tidak dapat kembali seperti semula. Pasien yang sudah terkena stroke saraf optik pada satu mata mempunyai risiko lebih tinggi terkena stroke mata pada mata sebelahnya.
Anjuran
Pola hidup harus dirubah: kebiasaan merokok dihentikan, berolahraga secara teratur, mengatur pola makan sehat, kontrol teratur ke dokter mata dan kontrol teratur ke dokter internist.
Kesimpulan
Stroke saraf optik dapat terjadi akibat gangguan aliran darah menuju saraf optik. Pasien mengeluhkan mendadak buram atau berkurangnya luas lapangan pandang. Kebiasaan merokok, penyakit kencing manis, hipertensi, kadar kolesterol darah tinggi dan kekentalan darah yang meningkat dapat menyebabkan stroke saraf optik. Penanganan stroke saraf optik harus segera komprehensif melibatkan disiplin ilmu lain selain dokter mata seperti dokter internist atau dokter ahli jantung. Perlunya menjaga kesehatan dan melakukan pemeriksaan rutin darah dan pemeriksaan mata rutin untuk mencegah stroke saraf optik.
(oleh : Dr. dr. Antonia Kartika, SpM(K), M.Kes - Dokter Mata Sub Spesialis Neuro Oftalmologi PMN RS Mata Cicendo Bandung)
Trauma kimia pada mata adalah kondisi kegawatdaruratan mata yang memerlukan evaluasi dan penatalaksanaan yang segera dan intensif, karena kerusakan pada mata akibat trauma kimia dapat terjadi segera hanya dalam waktu beberapa menit. Mata dapat terpapar oleh bahan kimia padat, cair, bubuk atau aerosol. World Health Organization (WHO) melaporkan 11.5% - 22.1% kejadian trauma mata akibat zat kimia. 80% dari seluruh kasus trauma kimia terjadi di tempat kerja, berdasarkan data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) bahwa setiap harinya ada hampir 2000 pekerja di Amerika Serikat yang mendapatkan perawatan medis akibat terkena bahan kimia saat bekerja. Data United States Eye Injury Registry (USEIR) menunjukkan kejadian trauma kimia di tempat kerja mencapai 16% dan terus meningkat. Sebagian kecil kejadian trauma kimia pada mata dapat terjadi di rumah yang biasanya disebabkan oleh bahan kimia seperti deterjen, pembersih toilet, pemutih pakaian, atau larutan pembersih lainnya.
Pola kasus trauma kimia mata yang datang dan ditangani di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit (PMN RS) Mata Cicendo tahun 2015-2019 dilaporkan dalam penelitian observasional dr. Endi Pramudya Laksana adalah sebanyak 209 pasien (245 mata) dirawat terdiri dari 170 laki-laki dan 39 perempuan. Rata-rata usia antar kategori adalah 35.25 tahun. Terdapat 173 pasien dengan trauma pada satu mata, dan sebagian besar pasien datang pada fase akut (83.3%).
Jenis trauma kimia, waktu paparan, volume, konsentrasi dan lamanya paparan zat kimia sangat mempengaruhi derajat keparahan terhadap mata. Kondisi tersebut dapat berupa gangguan ringan pada permukaan okular hingga memberikan dampak yang lebih berat pada struktur mata bagian dalam. Beberapa sumber penyebab trauma kimia dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Beberapa gejala yang muncul pada mata akibat trauma kimia antara lain :
Beberapa langkah yang dapat dilakukan segera setelah mata kita terkena paparan zat kimia :
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan agar mata kita tidak terpapar zat kimia terutama saat bekerja antara lain :
Sebagai kesimpulan, trauma kimia pada mata adalah salah satu keadaan darurat mata yang harus mendapatkan penanganan yang segera. Kesegeraan untuk mendapatkan pertolongan pertama serta pengobatan yang cepat, akurat pada fase awal pasca paparan zat kimia, dan meminimalisir komplikasi merupakan kunci dalam keberhasilan penatalaksanaan trauma kimia pada mata.
Sumber :
1. Pola Trauma Kimia Pada Mata ,Komplikasi dan Tatalaksananya di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung ; dr. Endi Pramudya Laksana, 2022
2. Singh et al, Ocular chemical injuries and their management. Oman Journal of Ophthalmology, Vol. 6, No. 2, 2013.
3. Akgun Z, Selver OB. Epidemiology and etiology of chemical ocular injury: A brief review. World J Clin Cases 2023; 11(6): 1245-1251
4. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc. gov
5. Wagoner MD, Kenyon KR. Chemical injuries, clinical course and management. Dalam: Kuhn F, Pieramici DJ. Ocular Trauma: principles and practice. Section 4. Thieme. New York. 2010: 302-59.
(oleh dr. Angga Fajriansyah, SpM(K) - Dokter Mata Sub Spesialis Infeksi & Imunologi PMN RS Mata Cicendo)
ROP merupakan kelainan pembuluh darah retina yang dapat terjadi pada bayi prematur. Kelainan ini merupakan salah satu penyebab kebutaan yang dapat dicegah pada bayi serta memiliki dampak gangguan penglihatan yang signifikan. Angka kejadian ROP meningkat seiring dengan perkembangan teknologi untuk merawat bayi prematur. Seiring dengan meningkatnya angka kehidupan bayi prematur, maka kejadian ROP dapat meningkat.
Pembuluh darah retina tumbuh sempurna pada usia 40 minggu kehamilan. Pada kondisi prematur, perkembangan vaskular retina tersebut tidak berjalan dengan sempurna. Tidak semua kejadian ROP berbahaya, sebagian bersifat ringan dan tidak membutuhkan penanganan. Pada stadium ROP lanjut, dapat menyebabkan lepasnya lapisan retina yang akan menyebabkan kebutaan. Bayi yang berisiko terkena ROP Bayi yang berisiko mengalami ROP adalah bayi dengan berat badan lahir ≤ 1500 gram atau usia gestasi ≤ 34 minggu, serta bayi prematur yang memiliki faktor risiko seperti mendapat suplementasi oksigen dalam jangka waktu lama dengan konsentrasi tinggi, memiliki riwayat gangguan pernafasan, gangguan jantung, terdapat riwayat transfusi darah dan mengalami infeksi berat atau sepsis.
Cara mengenali ROP Kondisi ROP ini tidak bergejala, bila sudah ada gejala berupa pupil putih atau leukocoria kemungkinan sudah terjadi ROP stadium lanjut. ROP hanya bisa dikenali dengan deteksi dini yang dilakukan oleh dokter spesialis mata terlatih dengan peralatan khusus. Proses pemeriksaan tersebut dinamakan skrining ROP. Langkah pemeriksaan pertama adalah mendilatasi pupil dengan penetesan obat tertentu. Pemeriksaan tidak dapat dilakukan jika pupil belum berdilatasi sempurna. Selanjutnya bayi akan diperiksa menggunakan indirect ophthalmoscope dengan bantuan spekulum mata dan indentasi sklera jika dibutuhkan. Tempat pemeriksaan dapat dilakukan di ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) atau di poliklinik. Pemanfaatan fotografi digital untuk retina (RetCam) dapat dipertimbangkan untuk melengkapi skrining ROP.
Berikut adalah gambaran retina normal dan gambaran retina pada ROP berbagai stadium
Stadium ROP
Kapan harus dilakukan skrining ROP? Pada bayi yang lahir kurang dari 30 minggu, pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan 4 minggu setelah lahir. Sedangkan bayi yang lahir lebih dari 30 minggu pemeriksaan dilakukan 2 minggu setelah lahir. Setiap bayi prematur harus dilakukan skrining ROP minimal satu kali. Jadwal pemeriksaan lanjutan dibuat berdasarkan derajat ROP saat dilakukan skrining. Penanganan bayi dengan ROP Tidak semua kasus ROP membutuhkan terapi, pada kasus retina imatur atau kondisi ringan dapat mengalami regresi spontan, namun pada ROP stadium lanjut, terapi harus dilakukan dengan cepat. Modalitas terapi yang dapat diberikan kepada bayi prematur yang mengalami ROP yaitu, fotokoagulasi laser, krioterapi, penyuntikan anti-VEGF, dan operasi vitrektomi pada kasus lanjut.
Komplikasi yang dapat terjadi pada mata akibat ROP
Bayi dengan ROP memiliki risiko tinggi untuk kejadian kondisi okular lainnya seperti strabismus, ambliopia, gangguan refraksi khususnya miopia, katarak, dan glaukoma, sehingga harus dilakukan pemeriksaan oftalmologi secara berkala.
(oleh : dr. Sesy Caesarya, SpM(K) - Dokter Mata Sub Spesialis Pediatrik Oftalmologi & Strabismus PMN RS Mata Cicendo)
Transformasi kesehatan Indonesia memiliki 6 pilar utama yang saling mendukung: Layanan Primer, Layanan Rujukan, Sistem Ketahanan Kesehatan, Sistem Pembiayaan Kesehatan, Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan, dan Teknologi Kesehatan. Pilar-pilar ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, pemerataan akses, dan ketahanan sistem kesehatan secara keseluruhan.
Dalam mendukung hal tersebut, Pusat Mata Nasional (PMN) Rumah Sakit Mata Cicendo sebagai Rumah Sakit Vertikal dibawah Kementerian Kesehatan RI melakukan transformasi diantaranya dengan mewujudkan adanya klinik utama mata di wilayah Garut sebagai Unit Pelaksana Fungsional (UPF) PMN RS Mata Cicendo Bandung.
UPF Klinik Utama Mata Cicendo Garut Jalan Patriot hadir lebih dulu di Kabupaten Garut sejak Januari 2023. Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya Garut dan sekitarnya.
Pada Hari Selasa, 29 April 2025 Bupati Garut Dr. Ir. H. Abdusy Syakur Amin, M.Eng., IPU meresmikan UPF Klinik Utama Mata Cicendo Garut II di Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) No 275 Garut, di lokasi yang lebih luas dan nyaman dengan pelayanan rawat jalan, tindakan rawat jalan, laboratorium sederhana, elektro diagnostik, farmasi, optik, dan kamar bedah.
Bakti Sosial Pemberian Kacamata Gratis bagi Anak Sekolah juga dilakukan bersamaan dengan peresmian ini, dimana hal ini sebagai salah satu upaya penanggulangan gangguan penglihatan khususnya bagi anak-anak usia sekolah demi masa depannya.
Semoga dengan hadirnya UPF Klinik Utama Mata Cicendo Garut II ini dapat membantu masyarakat khususnya warga Garut dan sekitarnya dalam memeriksakan kesehatan matanya, dan dapat mendukung upaya menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan.
PMN RS Mata Cicendo memiliki visi Rumah Sakit Bertaraf Level Asia yang Memiliki Pelayanan Mata Unggulan dengan Pertumbuhan Berkelanjutan, ke depan RS Mata Cicendo akan terus mengembangkan sayap dengan mendirikan pelayanan kesehatan mata di berbagai daerah lainnya di Indonesia.
Salam Sehat Mata
(oleh : Tim Kerja Hukum dan Humas – PMN RS Mata Cicendo)
Setiap orangtua yang mempunyai anak selalu mengharapkan anaknya dalam kondisi sehat, namun terdapat anak lain yang spesial dengan penyandang kanker. Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang dilakukan oleh dokter ahli kelainan darah dan kanker, selain dari tata laksana kanker yang dilakukan dokter lain seperti pembedahan, laser, atau radiasi yang lebih dikenal dengan terapi sinar. Anak dengan penyandang kanker akan dilakukan kemoterapi sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. Tingkat keberhasilan terapi tergantung pada jenis kanker dan stadium saat kanker di diagnosis.
Terdapat beberapa hal yang akan dokter lakukan sebelum pemberian kemoterapi:
Penyandang kanker anak tidak berbeda dengan anak lainnya. Mereka mempunyai hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang optimal seperti anak lainnya selain juga mencapai tingkat kualitas hidup yang baik. Dapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai kemoterapi yang akan dilakukan, pilihlah tim dokter yang kompeten dengan kerjasama dan komunikasi yang dapat terjalin dua arah, sehingga hal yang terakhir dapat dilakukan oleh orangtua adalah berpasrah dan berdoa, karena kesembuhan penyakit adalah semata-mata karena kehendak Allah SWT.
(oleh : Anne Susanty, dr, Sp.A(K), M.Kes – Dokter Anak Konsultan Hematologi Onkologi PMN RS Mata Cicendo)
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak secara global. Kebutaan yang terjadi akibat glaukoma merupakan kebutaan yang ireversibel (permanen) sehingga menjadi tantangan yang besar bagi kesehatan mata. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa terdapat 285 juta orang didunia mengalami gangguan penglihatan, 39 juta diantaranya mengalami kebutaan.
Glaukoma menyebabkan gangguan penglihatan sebanyak 2% dan kebutaan sebanyak 8%. Pada tahun 2020 diperkirakan penderita glaukoma di seluruh dunia akan meningkat sebanyak 76 juta dengan proporsi terbanyak terdapat di wilayah Asia dan Afrika. Pada tahun 2040 diperkirakan angka penderita glaukoma menjadi sekitar 111 juta.
Berdasarkan jumlah angka kejadian, jumlah kasus glaukoma yang tertinggi berada di wilayah Asia karena 60% dari seluruh glaukoma di dunia berasal dari wilayah Asia. Tiga puluh enam persen pasien glaukoma sudut terbuka primer dan 70% pasien glaukoma sudut tertutup primer ditemukan dalam status buta pada saat pemeriksaan. Glaukoma sudut tertutup primer menyebabkan kebutaan tiga kali lebih besar dibandingkan dengan glaukoma sudut terbuka primer.
Berdasarkan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014-2016, prevalensi kebutaan di Indonesia adalah sebesar 3%. Glaukoma menempati urutan ketiga penyebab kebutaan di Indonesia setelah katarak dan penyakit segmen posterior.
PROSES PENYAKIT GLAUKOMA
Secara normal, di dalam bola mata terdapat cairan (cairan aquos) yang berfungsi untuk memberikan nutrisi bagi organ yang terdapat di dalam bola mata dan berkontribusi memberikan volume/tekanan pada bola mata. Cairan tersebut diproduksi dan dikeluarkan kembali dalam siklus yang seimbang sehingga tekanan bola mata terjaga dalam nilai normal (16±3 mmHg) (Gambar 1).
Pada glaukoma terjadi ketidakseimbangan siklus aliran cairan aquos. Cairan aquos diproduksi tetapi terdapat masalah dalam saluran pengeluaran sehingga produksi tidak seimbang dengan pengeluaran dan akibatnya tekanan bola mata meningkat. Peningkatan tekanan bola mata tersebut mengakibatkan terjadinya penekanan pada saraf mata pusat yang akhirnya dapat menyebabkan kerusakan saraf mata pusat (Gambar 2).
Kerusakan pada saraf mata pusat ditandai dengan penipisan lapisan ketebalan saraf mata pusat yang khas untuk penyakit glaukoma (gambar 3).
Kerusakan saraf mata pusat memberikan dampak klinis yaitu terjadinya penyempitan lapang pandang dan menurunnya tajam penglihatan. Penyempitan lapang pandang ini terjadi secara bertahap, sedikit demi sedikit sampai akhirnya penderita hanya seperti melihat dari lubang kunci bahkan sampai menimbulkan kebutaan (Gambar 4).
KLASIFIKASI GLAUKOMA
Glaukoma dapat dibagi menjadi glaukoma primer dan sekunder. Glaukoma primer terjadi tanpa disertai dengan penyebab/penyakit yang lain. Glaukoma sekunder memiliki penyebab/penyakit lain yang mendasari terjadinya glaukoma, seperti adanya peradangan pada mata, trauma pada mata, setelah operasi mata, atau akibat efek samping obat (golongan kortikosteroid). Secara struktur, dilihat dari sudut bilik mata depan, glaukoma dapat dibagi menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup (gambar 5).
Glaukoma bila dilihat dari segi usia dapat dibagi menjadi glaukoma kongenital (terjadi pada bayi baru lahir sampai 1 tahun pertama kehidupan), glaukoma developmental (usia diatas 1 tahun), glaukoma juvenile (usia muda di bawah 40
tahun), dan glaukoma yang terjadi di atas 40 tahun (yang paling banyak ditemukan).
GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP PRIMER
Glaukoma sudut tertutup primer banyak terjadi pada populasi Asia. Faktor risiko terjadinya glaukoma sudut tertutup primer adalah adanya peningkatan tekanan bola mata yang merupakan factor risiko utama, usia diatas 40 tahun, riwayat keluarga dengan glaukoma, ras Inuit dan populasi Asia, jenis kelamin perempuan, dan status refraksi menggunakan kacamata plus tinggi untuk melihat jauh.
Glaukoma sudut tertutup primer dapat dibagi menjadi:
a. Tersangka sudut tertutup primer
Pada keadaan ini, belum ada peningkatan tekanan bola mata dan kerusakan saraf mata pusat khas glaukoma, hanya ditemukan sudut bilik mata depan yang tertutup secara aposisional (bila dilakukan penekanan pada kornea mata, sudut bilik mata depan menjadi terbuka).
b. Sudut tertutup primer
Pada keadaan ini sudut bilik mata depan tertutup secara permanen tanpa atau dengan disertai dengan peningkatan tekanan bola mata, namun belum ditemukan kerusakan saraf mata pusat khas glaukoma.
c. Glaukoma sudut tertutup primer
Pada keadaan ini sudut bilik mata depan tertutup secara permanen disertai dengan peningkatan tekanan bola mata dan sudah ditemukan kerusakan saraf mata pusat khas glaukoma. Glaukoma sudut terbuka primer dapat terjadi secara akut atau kronis. Pada glaukoma serangan akut, gejala terjadi secara mendadak yang ditandai dengan nyeri hebat daerah mata dan kepala, dapat disertai mual dan muntah, tajam penglihatan turun mendadak (menjadi sangat buram), mata merah, tekanan bola mata sangat tinggi (bisa lebih dari 30 mmHg). Pada glaukoma sudut tertutup primer kronis, perjalanan penyakit berjalan secara lambat, terjadi penutupan sudut bilik mata depan secara perlahan. Tidak didapatkan nyeri ataupun
mata merah, terjadi pada kedua mata namum derajatnya dapat berbeda. Pasien dapat mengeluhkan melihat ‘halo’ (melihat seperti pelangi saat melihat cahaya). Terjadi penyempitan lapang pandang secara bertahap dan bila tidak tertangani dapat berakhir dengan kebutaan.
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana serangan akut harus dilakukan dengan segera karena merupakan salah satu kegawatdaruratan di bidang mata. Tujuan terapi pada penderita glaukoma serangan akut ini adalah untuk dengan cepat menurunkan tekanan bola mata, sehingga meredakan keluhan yang ada, untuk mempersiapkan tindakan selanjutnya, dan untuk mempertahankan fungsi penglihatan yang ada. Terapi awal adalah pemberikan obat-obatan berupa tetes mata dan obat minum baik dalam bentuk tablet dan/atau sirup, bahkan dapat juga ditambahkan terapi melalui jalur intravena (infus) bila diperlukan. Terapi ini bertujuan untuk menurunkan tekanan bola mata secara cepat dan bila tekanan bola mata dapat turun, kornea menjadi lebih jernih yang diperlukan untuk tindakan selanjutnya. Bila keadaan sudah memungkinkan (keadaan pasien sudah lebih baik dengan tekanan bola mata yang lebih rendah, kornea lebih jernih), dapat dilakukan tindakan laser untuk memberi lubang pada bagian iris (selaput pelangi yang memberikan warna pada mata kita) di bagian perifer untuk menyeimbangkan tekanan di bilik mata bagian belakang dan bagian depan, sehingga tekanan bola mata dapat lebih stabil. Bila tindakan laser ini tidak dapat dilakukan, makan tindakan operasi menjadi pilihan untuk membuat saluran agar cairan aquos dapat disalurkan dan tekanan bola mata dapat turun.
Pada keadaan tekanan bola mata yang mendadak tinggi, dapat menyebabkan kerusakan saraf mata pusat yang mendadak pula, tetapi dapat juga keadaan dimana saraf mata pusat tetap baik setelah serangan akut teratasi. Bila satu mata terkena serangan akut, perlu diperhatikan juga untuk mata sebelahnya.
Mata sebelahnya biasanya terdapat sudut sempit walaupun tanpa gejala. Hal ini membuat sewaktu-waktu dapat terjadi glaukoma atau serangan akut di masa mendatang. Untuk mencegah hal tersebut, disarankan dilakukan tindakan laser (untuk membuat lubang kecil pada iris) pada mata yang masih sebelahnya yang masih tidak memiliki gejala. Pada glaukoma sudut tertutup kronis, tatalaksana medikamentosa menjadi terpai awal untuk menurunkan tekanan bola mata. Tindakan laser untuk membuat lubang pada iris. Bila membuat lubang pada iris belum bisa menurunkan tekanan bola mata atau pada glaukoma tahap lanjut dapat dilakukan tindakan operasi glaukoma pembuatan saluran. Pada sudut tertutup, operasi katarak atau pengangkatan lensa menjadi salah satu pilihan karena dapat membuat area bilik mata depan lebih dalam sehingga aliran cairan aquos lebih baik.
PENCEGAHAN GLAUKOMA
Pencegahan untuk mencegah timbulnya glaukoma hingga saat ini belum ada, tetapi kita dapat mencegah jangan sampai terjadi kebutaan akibat glaukoma. Deteksi dini menjadi sangat penting pada kasus glaukoma. Semakin cepat kasus glaukoma ditemukan, semakin cepat kita dapat memberikan pengobatan dengan harapan kerusakan yang terjadi di tahap awal tidak cepat berlanjut menjadi parah dan masih bisa dipertahankan sehingga penglihatan dan lapang pandang masih dapat terjaga.
Memeriksakan mata secara rutin, terutama pada orang-orang yang memiliki faktor risiko yang telah dijelaskan sebelumnya sangat disarankan.
PENUTUP
Glaukoma sudut tertutup banyak ditemukan pada populasi Asia. Penemuan kasus secara dini merupakan cara pencegahan berkembangnya penyakit glaukoma ke tahap yang lebih parah. Tindakan laser dan tindakap operasi menjadi
pilihan pada tatalaksana glaukoma sudut tertutup primer. Kepatuhan pengobatan dan kontrol teratur perlu dilakukan pada penderita glaukoma.
(oleh : Dr. dr R Maula Rifada, SpM(K) - Dokter Mata Sub Spesialis Glaukoma PMN RS Mata Cicendo)
Apa itu ROP?
Retinopathy Of Prematurity (ROP) adalah kelainan pembuluh darah retina yang dapat terjadi pada bayi prematur. Pembuluh darah retina tumbuh sempurna pada usia 40 minggu kehamilan. Pada kondisi kelahiran prematur, perkembangan vaskular retina tersebut tidak berjalan sempurna.
Siapa saja yang berisiko terkena ROP?
Bayi dengan berat badan lahir ≤ 1500 gram atau usia gestasi ≤ 34 minggu dan bayi yang memiliki faktor risiko : mendapat suplementasi oksigen dalam waktu lama dengan konsentrasi tinggi, gangguan pernafasan, gangguan jantung, terdapat riwayat transfusi darah dan infeksi berat (sepsis).
Bagaimana Cara Mengenali ROP?
ROP tidak bergejala. Bila sudah ada gejala kemungkinan ROP sudah stadium lanjut. ROP hanya bisa dikenali dengan deteksi dini yang dilakukan oleh dokter spesialis mata terlatih dengan peralatan khusus proses ini dinamakan skrining ROP.
Mengapa Perlu Dilakukan Skrining ROP?
ROP menjadi penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah pada bayi. ROP memiliki dampak gangguan penglihatan yang signifikan. Tidak semua kejadian ROP berbahaya, sebagian bersifat ringan dan tidak membutuhkan penanganan. Pada stadium ROP lanjut, dapat menyebabkan lepasnya lapisan retina yang akan menyebabkan kebutaan.
Kapan harus dilakukan skrining ROP?
Pada bayi yang lahir kurang dari 30 minggu, pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan 4 minggu setelah lahir. Bayi yang lahir lebih dari 30 minggu pemeriksaan dapat dilakukan 2 minggu setelah lahir. Setiap bayi prematur harus dilakukan skrining ROP minimal satu kali.
Bagaimana Penanganan bayi dengan ROP?
Tidak semua kasus ROP membutuhkan terapi. Pada kasus retina imatur atau kondisi ringan dapat mengalami regresi spontan Pada ROP stadium lanjut, terapi harus dilakukan dengan cepat. Modalitas terapi : laser, krioterapi, injeksi intravitreal anti-VEGF, dan operasi vitrektomi pada kasus lanjut.
Apa saja efek jangka panjang ROP pada mata?
Bayi dengan ROP memiliki risiko tinggi untuk terjadinya mata juling, ambliopia, gangguan refraksi khususnya miopia, katarak, dan glaukoma. ROP stadium lanjut dapat mengakibatkan kebutaan. Untuk mendeteksi hal tersebut perlu dilakukan pemeriksaan berkala pada bayi dengan riwayat prematur.
(oleh dr. Sesy Caesarya, SpM(K) - KSM Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus)
Visi dan Misi Tahun 2025 - Tahun 2029
Visi
Rumah Sakit Bertaraf Level Asia yang Memiliki Pelayanan Mata Unggulan dengan Pertumbuhan Berkelanjutan
Misi